assalamualaikum ukhti,, sahabatku tersayang,, jangan bosan dengan coretan-coretanku ya, ini wujud dari apa yang aku alami dalam keseharianku, mengobat segala kegundahan di hati,,, ayo di simakkkk :)
Coretan10
Sabtu
di Tangkuban perahu,,
Tak
peduli penyakit yang terjangkit di tubuh ini, tekad untuk melaksanakan shaum
arafah besok sudah sangat kokoh. Sebelum memasuki hari idul adha aku sangat
ingin melaksanakannya, aku takut jika tahun depan aku sudah tidak memiliki
kesempatan untuk itu. Tak berputus asa atau berprasangka buruk terhadap-Nya
namun itulah yang selalu aku jadikan tolak ukur untuk ibadah agar aku tak
menunda-nundanya. Kesedihan yang sedang aku alami kulupakan sejenak, kesedihan
ketika aku harus merayakan id adha tanpa keluarga besok.
Planning
yang di susun rapi oleh temanku enggrid akan segera kami lakukan hari ini.
Planning untuk berkunjung menginjakkan kaki, meluruskan pandangan, memanjakan
mata dan bersuka cita di salah satu wisata alam yang mengisahkan dongeng
sangkuriang di pulau jawa ini.
Mungkin tak pernah aku bayangkan saat aku
membaca ceritanya ketika SD dulu. Cerita yang mengisahkan tentang seorang anak
yang mencintai ibunya dan gagal mengabulkan syarat sang bunda yang jadi
tambatan hatinya sehingga terbentuk sebuah gunung yang berasal dari perahu
buatan sangkuriang. Karena hari sudah siang dan sangkuriang gagal menyelesaikan
perahu permintaan ibunya, maka ia marah dan perahu buatan nya terlempar dalam
keadaan tertangkup hingga terciptalah tangkuban perahu. Sebuah dongeng yang
sering di bacakan oleh wanita-wanita hebat untuk sang buah hatinya.
Mobil
melaju menyusuri jalan yang mulai di padati kendaraan, ya apalagi kalau bukan
macet. Hampir seluruh perjalanan ku di sudut kota kembang ini selalu di lewati
dengan macet baik macet saja maupun macet banget. Kami pergi 6 orang, tanpa dia. Meski ada keinginan untuk mengajaknya namun ternyata dia sudah punya
janji dengan teman SMA nya. Tidak masalah kehadiran teman-teman di sampingku
cukup membahagiakanku. Entah berapa kali jarum jam berputar tak aku perhatikan.
Ternyata kami sudah hampir tiba, berhubung kami belum ada yang pernah kesana
sang GPS pun segera di rayu oleh irfan, temanku. Kata sang GPS belok kiri, ini sedikit membingungkan kami
tak ada persimpangan tetapi di suruh belok kiri. Ya begitu lah tante yang
memandu pada GPS itu, simpangnya belum kelihatan perintah telah datang. Hehe.
Setelah
mengikuti petunjuk dari sang tante pada GPS di hape temanku. Kami sampai ke
gerbang untuk memasuki kawasan wisata gunung tangkuban perahu. Sorak bahagia
pun keluar dari mulut-mulut bocah petualang ini. Harusnya indonesia mampu
memberi fasilitas lebih untuk kawasan wisata ini. Namun jika di bandingkan
dengan fasilitas untuk kawasan wisata di daerah ku ini sudah sangat terlalu
baik. Ya, daerahku tidak begitu maju. Aset yang cukup potensial tak dapat
pengelolaan yang baik, mungkin karena itu kami di beri beasiswa prody manajemen
aset. Agar kami mampu mengelola aset di daerah yang indah-indah itu.
Kembali
ke tangkuban perahu, setelah menyelesaikan administrasi untuk pembayaran karcis
atau apa lah namanya dan biaya parkir, ternyata kami harus melaju sekitar 4 Km
lagi, tak masalah selagi dengan si roda empat, namun jika harus berjalan kaki
mungkin aku akan segera lambai tangan ke
kamera, uka-uka keless, hehe. hatiku tak tenang mataku liar mencari
musholla yang akhirnya kami lewti saja, namun hatiku sedikit menenangkan dan
yakin di atas nanti pasti ada tempat yang bisa aku jadikan tempat shalat.
Yoohoo, sampai lah di tempat parkir, mobil istirahat kami pun bergegas
menyusuri jalan mencari sumber bau belerang yang menyayat hidungku.
Tak
peduli bau yang sekiranya mematikna itu, luas mata memandang ke arah kawah dan
gunung yang dulunya hanya bisa ku pandang di sebuah buku cerita. Kini ada di
depan mata, sungguh maha kuasa atas segala ciptaan-Nya. Belum tenang hati ini,
aku ajak teman-teman untuk kembali mencari mushalla, kata tukang parkir ke atas
lagi. Tak masalah itu justru membuatku semakin semangat. Setelah absen kepada
sang ilahi, kami istirahat sejenak yang tak berpuasa membeli bebrapa minuman
pelepas dahaga, tak sengaja irfan juga ikut minum layaknya tak berpuasa,
padahal dia berpuasa. Haha selalu begitu. Tak ingin batal ia segera
berkumur-kumur. Kami mulai berjalan selangkah demi langkah, di kiri-kanan
hampir sepanjang jalan banyak accesories, pakaian dan beberapa pernak-pernik di
tawarkan para pedagang sebagai cendra mata bagi pengunjung, namun mataku hanya
tertuju kepada sebuah boneka panda yang besarnya melebihiku, boneka yang selama
ini sangat aku inginkan dari seseorang yang mungkin tak ku dapatkan. Kami
berhenti di beberapa titik untuk dokumentasi, istilah kerennya “selfie-selfie”
dengan senjata nya anak muda yaitu tongsis. Hehe
Tak
berapa lama ku nikmati perjalanan ini, rasa tak enak di perutku mulai mengubah
suasana hati dan raut wajahku. Aku berjalan sendiri di dpan tak dengan
rombongan, rasanya aku ingin segera pulang dan merebahkan tubuh ini untuk
menenangkan perut yang sekiranya magg-ku mulai terasa. Aku duduk di salah satu
tangga tak bergabung dengan teman-temanku yang sedang berpose di dekat usapan
selamat datang. Irfan coba memanggil dan
mengajakku untuk bergabung, beberapa di antara teman-teman ku mengira aku
tengah merajuk dan marah dengan ucapan salah satu teman yang coba menggodaku
dengan memberitakan bahwa tio sedang bertemu dengan seorang gadis yang baru di
kenalnya. Aku mengerti itu hanya gurauan karena mereka memang suka menggangguku
untuk membuat wajah ku memerah dan cemburu. Benar tidaknya aku tak peduli, toh
aku juga tak ada hubungan dengannya. Jika dilagukan aku hanya “ sebagai kekasih
yang tak di anggap aku hanya bisa mencoba bertahan menahan setiap amarah,,, “
haha sudah melow banget tu lagu yang gw banget.
Tak
ingin terlalu membuat mereka kecewa, aku kembali bergabung atas paksaan irfan.
Karena rata-rata view-nya sama, kami memutuskan untuk pulang. Dan berencana
untuk kembali jalan-jalan ketika malam tiba. Mobil kembali melaju menyusuri
jalan yang telah kami lalui tadi. Perlahan pandanganku samar-samar dan aku
tertidur entah kejadian apa yang terjadi dalam perjalanan pulangku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar