Senin, 06 Oktober 2014

kutipan baru 2_Sabtu di Tangkuban perahu,,




assalamualaikum ukhti,, sahabatku tersayang,, jangan bosan  dengan coretan-coretanku ya, ini wujud dari apa yang aku alami dalam keseharianku, mengobat segala kegundahan di hati,,, ayo di simakkkk :)


Coretan10
Sabtu di Tangkuban perahu,,

Tak peduli penyakit yang terjangkit di tubuh ini, tekad untuk melaksanakan shaum arafah besok sudah sangat kokoh. Sebelum memasuki hari idul adha aku sangat ingin melaksanakannya, aku takut jika tahun depan aku sudah tidak memiliki kesempatan untuk itu. Tak berputus asa atau berprasangka buruk terhadap-Nya namun itulah yang selalu aku jadikan tolak ukur untuk ibadah agar aku tak menunda-nundanya. Kesedihan yang sedang aku alami kulupakan sejenak, kesedihan ketika aku harus merayakan id adha tanpa keluarga besok.
Planning yang di susun rapi oleh temanku enggrid akan segera kami lakukan hari ini. Planning untuk berkunjung menginjakkan kaki, meluruskan pandangan, memanjakan mata dan bersuka cita di salah satu wisata alam yang mengisahkan dongeng sangkuriang di pulau jawa ini.
Mungkin tak pernah aku bayangkan saat aku membaca ceritanya ketika SD dulu. Cerita yang mengisahkan tentang seorang anak yang mencintai ibunya dan gagal mengabulkan syarat sang bunda yang jadi tambatan hatinya sehingga terbentuk sebuah gunung yang berasal dari perahu buatan sangkuriang. Karena hari sudah siang dan sangkuriang gagal menyelesaikan perahu permintaan ibunya, maka ia marah dan perahu buatan nya terlempar dalam keadaan tertangkup hingga terciptalah tangkuban perahu. Sebuah dongeng yang sering di bacakan oleh wanita-wanita hebat untuk sang buah hatinya.
Mobil melaju menyusuri jalan yang mulai di padati kendaraan, ya apalagi kalau bukan macet. Hampir seluruh perjalanan ku di sudut kota kembang ini selalu di lewati dengan macet baik macet saja maupun macet banget. Kami pergi 6 orang, tanpa dia. Meski ada keinginan untuk mengajaknya namun ternyata dia sudah punya janji dengan teman SMA nya. Tidak masalah kehadiran teman-teman di sampingku cukup membahagiakanku. Entah berapa kali jarum jam berputar tak aku perhatikan. Ternyata kami sudah hampir tiba, berhubung kami belum ada yang pernah kesana sang GPS pun segera di rayu oleh irfan, temanku. Kata sang GPS  belok kiri, ini sedikit membingungkan kami tak ada persimpangan tetapi di suruh belok kiri. Ya begitu lah tante yang memandu pada GPS itu, simpangnya belum kelihatan perintah telah datang. Hehe.
Setelah mengikuti petunjuk dari sang tante pada GPS di hape temanku. Kami sampai ke gerbang untuk memasuki kawasan wisata gunung tangkuban perahu. Sorak bahagia pun keluar dari mulut-mulut bocah petualang ini. Harusnya indonesia mampu memberi fasilitas lebih untuk kawasan wisata ini. Namun jika di bandingkan dengan fasilitas untuk kawasan wisata di daerah ku ini sudah sangat terlalu baik. Ya, daerahku tidak begitu maju. Aset yang cukup potensial tak dapat pengelolaan yang baik, mungkin karena itu kami di beri beasiswa prody manajemen aset. Agar kami mampu mengelola aset di daerah yang indah-indah itu.
Kembali ke tangkuban perahu, setelah menyelesaikan administrasi untuk pembayaran karcis atau apa lah namanya dan biaya parkir, ternyata kami harus melaju sekitar 4 Km lagi, tak masalah selagi dengan si roda empat, namun jika harus berjalan kaki mungkin aku akan segera lambai tangan ke  kamera, uka-uka keless, hehe. hatiku tak tenang mataku liar mencari musholla yang akhirnya kami lewti saja, namun hatiku sedikit menenangkan dan yakin di atas nanti pasti ada tempat yang bisa aku jadikan tempat shalat. Yoohoo, sampai lah di tempat parkir, mobil istirahat kami pun bergegas menyusuri jalan mencari sumber bau belerang yang menyayat hidungku.
Tak peduli bau yang sekiranya mematikna itu, luas mata memandang ke arah kawah dan gunung yang dulunya hanya bisa ku pandang di sebuah buku cerita. Kini ada di depan mata, sungguh maha kuasa atas segala ciptaan-Nya. Belum tenang hati ini, aku ajak teman-teman untuk kembali mencari mushalla, kata tukang parkir ke atas lagi. Tak masalah itu justru membuatku semakin semangat. Setelah absen kepada sang ilahi, kami istirahat sejenak yang tak berpuasa membeli bebrapa minuman pelepas dahaga, tak sengaja irfan juga ikut minum layaknya tak berpuasa, padahal dia berpuasa. Haha selalu begitu. Tak ingin batal ia segera berkumur-kumur. Kami mulai berjalan selangkah demi langkah, di kiri-kanan hampir sepanjang jalan banyak accesories, pakaian dan beberapa pernak-pernik di tawarkan para pedagang sebagai cendra mata bagi pengunjung, namun mataku hanya tertuju kepada sebuah boneka panda yang besarnya melebihiku, boneka yang selama ini sangat aku inginkan dari seseorang yang mungkin tak ku dapatkan. Kami berhenti di beberapa titik untuk dokumentasi, istilah kerennya “selfie-selfie” dengan senjata nya anak muda yaitu tongsis. Hehe
Tak berapa lama ku nikmati perjalanan ini, rasa tak enak di perutku mulai mengubah suasana hati dan raut wajahku. Aku berjalan sendiri di dpan tak dengan rombongan, rasanya aku ingin segera pulang dan merebahkan tubuh ini untuk menenangkan perut yang sekiranya magg-ku mulai terasa. Aku duduk di salah satu tangga tak bergabung dengan teman-temanku yang sedang berpose di dekat usapan selamat datang. Irfan  coba memanggil dan mengajakku untuk bergabung, beberapa di antara teman-teman ku mengira aku tengah merajuk dan marah dengan ucapan salah satu teman yang coba menggodaku dengan memberitakan bahwa tio sedang bertemu dengan seorang gadis yang baru di kenalnya. Aku mengerti itu hanya gurauan karena mereka memang suka menggangguku untuk membuat wajah ku memerah dan cemburu. Benar tidaknya aku tak peduli, toh aku juga tak ada hubungan dengannya. Jika dilagukan aku hanya “ sebagai kekasih yang tak di anggap aku hanya bisa mencoba bertahan menahan setiap amarah,,, “ haha sudah melow banget tu lagu yang gw banget.
Tak ingin terlalu membuat mereka kecewa, aku kembali bergabung atas paksaan irfan. Karena rata-rata view-nya sama, kami memutuskan untuk pulang. Dan berencana untuk kembali jalan-jalan ketika malam tiba. Mobil kembali melaju menyusuri jalan yang telah kami lalui tadi. Perlahan pandanganku samar-samar dan aku tertidur entah kejadian apa yang terjadi dalam perjalanan pulangku.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar