assalamualaikum ukhti,,, ini postingan baru lagi special idul adha,,, ayo di simakkk :D
check it out........
Coretan
11
Bagai
sapi di ujung maut,,
Risau, bimbang, resah, gundah, gulana, gempita, entah apa
jadinya. Tak mengerti dengan apa yang aku alami malam ini. Ku langkahkan kaki
menyusuri anak tangga menuju genteng rumah. Apa yang harus aku lakukan, ya
begitulah ketika melihat pemandangan kota bandung dari atas genteng ada rasa
yang terbawa tenang di balik awan yang tersipu malu. Perlalahan aku naik ke
atas genteng duduk di sudut sana melihat ribuan cahaya yang sedikit membuat
hati lebih baik. Gema takbir bergumandang, ini yang tak membuatku jadi lebih
baik. Suara merdu yang menghiasi keindahan malam itu membuatku semakin rindu
dengan keluargaku. Apa yang aku lakukan mengapa tak menelpon mereka, dan apa
yang mereka lakukan mengapa tak menelponku.
Ku arahkan pandangan pada serentetan kembang api yang
bergantian menghiasi malam itu. Mataku berhenti pada satu cahaya, tak butuh
hitungan lama sungai kecil di sudut mataku mulai tumpah, membasahi pipiku yang
mulai tirus. Bayangan ayah, ibu dan nenekku bergantian meramaikan fikiran
gundahku. Entah apa yang ingin aku lakukan malam itu, mulai sebelum berbuka
sampai selesai isya aku tak merasa baik. Fikiranku hanya tertuju kepada
keluargaku. Alunan takbir ini memang sangat menyedihkanku, entah berapa kali
aku ingin menangis hari ini. Berusaha kuat, namun akhirnya menyerah di tempat
tertinggi ini. Bulan, bintang dan desiran angin menjadi saksi sekaligus
penonton setiaku di kala itu. Tak peduli dingin mengusik kulitku hingga ke
tulang, rasanya berdiam disini sendiri lebih baik.
Tak lama setelah itu nisa dan irfan datang menyusul
mendekatiku. Tak ingin mereka tau, aku hanya bertingkah bagaikan seorang gadis
yang menikmati keindahan malamnya kota bandung tanpa ada tangis hanya dengan
sedikit kepiluan rindu akan keluarga seperti yang mereka rasakan. Wajah
teman-temanku sepertinya juga berusaha tegar untuk menyambut hari esok
merayakan idul adha tanpa keluarga, tapi tak bisa di bohongi aku bisa melihat
kepiluan yang sama denganku, hanya saja kalian lebih rapi menyembunyikannya
daripada aku.
Kelap-kelip bintang, gema takbir dan desiran angin tak
ingin kalah dengan kepiluan yang aku alami. Aku merasa lebih baik saat ini,
namun aku sedikit ingin bermanja dengan ali yang sudah aku anggap seperti abang
kandungku sendiri. Ya, aku sangat menyayanginya. Sosok abang yang sangat ingin
aku rasakan dari dulu, maklum aku tak punya abang dan kebanyakan temanku punya
abang, jadi rasa iri yang pernah aku alami dulu kini terobati oleh sosok yang
dia miliki. Hanya dia dan kedua teman yang menenangkaku malam itu. Dia sedikit
menggodaku dengan berlagak memanggil pesawat dan meminta pesawat untuk berhenti
mengantarkan kami pulang. Dan berhasil aku tertawa di buatnya. Mungkin dia
merasa kasihan denganku, ia membujukku untuk ikut keluar dengannya. Karena
masih merasa kenyang aku memilih untuk tinggal saja dengan syarat dia harus
kembali membawakan ice cream untukku.
Tak di sangka dia membelikan dua buah ice cream yang aku
suka. Konon katanya banyak yang bilang ice cream bisa membuat ceria, aku pernah
membaca dalam beberapa majalah entah tahun berapa itu. Dan berhasil lagi, aku
merasa lebih baik dan cukup bahagia setelah menyantapnya. Sepertinya mata ini
mulai lelah, anganku mulai menyusuri alam mimpi, segera aku ke kamar mandi
untuk membersihkan wajah dan gosok gigi lalu berbaring merebahkan tubuh
mungilku. Alunan musik yang aku putar membawaku lari dari alam sadarku.
Entah apa mimpiku malam itu, namun aku segera terbangun
saat jam menunjukkan pukul 05.30 pagi. Setelah melaksanakan absen subuh, ku
dengar teman-teman sudah banyak yang bangun bersemangat untuk bersiap-siap ke
mesjid. Allah huakbar walillahilham, idul adha datang juga. Bergegas aku
bersiap-siap dan berangkat ke mesjid. Sungguh mengejutkan, dulu aku hanya
melihat kejadian seperti ini di tivi. Puluhan makmum yang shalat di luar mesjid
menggunakan terpal dan koran. Ini tahun pertama aku idul adha di rantau orang
dan untuk pertama kalinya shalat di luar, di dpan kantor desa ciwaruga. Hampir
tak ada yang aku kenal, namun aku tak peduli yang aku tau ini adalah salah satu
momen yang jarang terjadi dan harus ku nikmati.
Anak
itu begitu imut dan lucu. Terlihat heran memandangi para akhwat yang
menggunakan mukena di sekililingnya. Aku jadi teringat adikku di rumah. Raka,
adik kecil yang masih berumur 2 tahun. Apa kabarnya, masih lucukah dia.
Teringat saat aku pulang idul fitri lalu, dia tak mngenalku. Butuh beberapa
hari untuk mengingatku dan dekat denganku. Aku msangat merindukannya. Ayah,
mengapa tak ada kabar, apa dia tak sanggup untuk bericara denganku karna tak
mampu mendengar keluhan rindu yang pasti akan aku ucapkan. Ibu, apa kau
baik-baik saja di sana, pastinya ibu mengingatku, namun berlagak biasa di depan
ayah dan saudara-saudaraku. Hanya nenek yang tak dapat aku bayangkan, apa yang
dia lakukan sekarang, jangan memangis. Nenek memang begitu, selalu saja
bersikap lebai jika memikirkan keadaanku. Aku sayang kalian penyemangatku. Tak
masalah tak disisi kalian tapi kalian di hatiku.
Semua
berusaha menghibur diri, berlagak bagai sedang berkumpul dengan keluarga.
Hingga aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan berusaha untuk tidur agar tak
terlalu memikirkan keluarga disana yang tentunya sedang berbahagia. Tak
berhasil, aku tak bisa tidur lalu ku putuskan untuk menonton beberapa drama
asia di laptopku. Masih tak begitu memberi dampak baik, aku kembali teringat
mereka. Azan berkumandang, ku ambil tindakan untuk segera laporan kepadanya,
banyak hal yang akan aku ceritakan saat itu. Memang benar, shalat itu membuat
kita lebih tenang. Aku cinta agamaku yang sangat memberikan ketenangan di jiwaku.
Terbesit puluhan keindahan islam yang aku simak dalam cerita yang pernah aku
dengar dari guru agamaku. Idul adha, kisah nabi ibrahim yang bermimpi mendapat
perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya ismail. Ibrahim, sesuai
namanya yang berasal dari kata “abun” yang berarti “ayah” dan “rahim” yang
berarti “penyayang”. Dia adalah sesosok ayah yang sangat menyayangi putranya,
namun perintah itu membuatnya tak punya pilihan lain. Dengan lembut dia
menceritakan mimpi tentang perintah itu kepada ismail. Anak yang berbakti
kepada ayahanda, dia memberi izin dengan ikhlas untuk di sembelih oleh ayahnya.
Atas kekuasaan Allah, yang di sembelih itu bukan ismail. Allah menyelamatkan
ismail. Hingga datang perintah kurban bagi kita umat nabi Muhammad SAW.
Idul
adha atau hari raya haji juga di sebut hari raya kurban. Seperti aku yang
berkorban hati dan perasaan. Bagaimana tidak, di tengah keemosianku terhadap
tindakan wasit yang sedikit memiliki kecurangan penilaian terhadap permainan
teman-temanku di liga AN, aku harus sendiri menyepi di kamar tak bergabung
dalam acara nyate-nyate yang bikin nyatu
teman-teman di kost. Siapa sich yang nggak mau bergabung berbahagia dengan
mereka namun bau daging sapi yang di sate itu nyisa banget. Tak ikut makan tak
masalah, karena aku tak tertarik atau ngiler. Yang jadi masalah baunya itu lo.
Entah
mengapa aku sangat anti dengan daging sapi dan kambing. Tak ada alergi yang
terjangkit di tubuhku saat mengkonsumsinya. Bakso cincang atau urat yang
pastinya dari sapi aku makan tak mengapa. Tapi jika tidak di olah jadi bentuk
lain tak ada sedikit pun keinginan di hati ini untuk memasukkan ke dalam
mulutku. Aku ingat-ingat lagi, dulu saat SD ayah da keluargaku pernah bertanya
mengapa aku tak suka daging. Kata ayah ketika aku kecil ayah sering membeliku
sate kambing, dan saat ibuku memasaknya di rumah aku juga turut melahapnya.
Namun apa yang terjadi denganku dan kakakku, hanya kami berdua yang tak ingin
mengkonsumsinya. Bedanya dia masih mau memakan kuah atau campurannya, sedangkan
aku tidak sedikit pun. Jika sudah idul adha, aku selalu punya makanan khusus,
ayam atau sarden.
Aku
terdiam bingung tak menentu, lalu aku teringat dengan kejadian di pesta bibiku.
Saat saudara sepupuku, merintih kesakitan bagai orang kesurupan setelah memakan
daging. Dia memang tak bisa memakannya meski dia suka, entah mengapa tubuhnya
sangat menolak itu. Jika tak sengaja atau sengaja makan sepotong saja, tak lama
setelah itu dia akan meronta kesakitan bahkan pingsan, sangat mengerikan.
Mungkin itu yang membuatku takut, maklum saat itu aku masih kecil. Kejadian itu
mungkin yang menjadi sugesti tersendiri bagiku, entah sampai kapan aku begini.
Tak munafik, aku merasa tersiksa dengan keanehanku yang tak bisa memakannya dan
bahkan muntah saat mencium baunya.
Ketika
aku mencoba naik ke atas mengambil
beberapa pakaianku di dekat tempat acara yang mereka lakukan di lantai atas
dekat genteng rumah. Ke tutup mulut dan hidung dengan jilbabku. Namun terasa
begitu menyengat, sampai sesuatu seperti memutar balik isi perutku, mengundang
mual memancing muntah, sudah di ujung kerongkongan, rasanya bagaikan sapi di
ujung maut penyiksaan yang aku rasakan saat itu. Dengan sigap aku ambil
kebutuhanku dan segera turun kebawah tuk kembali ke kamarku untuk menyepi. Tak
ada yang bisa aku lakukan untuk acara tersebut, jangankan membantu ikut melihat
saja aku tak tahan. Hanya doa yang bisa aku lantunkan untuk kelancaran acara
mereka, semoga dengan acara tersebut mereka bisa sejenak melupakan semua hal
yang membebani fikiran mereka dan bisa mengobati kerinduan mereka dengan sang
keluarga, melihat mereka senang aku akan turut senang karena jika mereka sedih
dan aku jga sedih siapa yang akan menghiburku,sayang kalian selamanya, hehe.
Kesedihan
datang melintas fikiranku, saat sedikit masalah membuat keruh suasana acara
mereka. Entah apa yang terjadi sehingga emosi saling terlepaskan. Kondisi letih
dan sisa kecewa saat liga AN membuat ketidakkeinginan terjadi. Namun itulah
gunanya keluarga tak akan ada keluarga yang tega melihan kekeruhan terjadi, atas
doa dan dasar hati mereka yang memang baik membuat mereka kembali tenang dan
menikmati santapan sate yang mereka buat. Apapun yang terjadi itu hanya akan
menjadi kenangan yang akan selalu jadi pelajaran di masa mendatang.
Tinggal
giliranku yang kebingungan ingin makan apa, setelah isya ternyata bang ali
datang mengajakku untuk mencari makan keluar. Tak ku sangka akan ada yang
peduli dan memikirkanku malam ini makan apa. Kami keluar untuk mencari makan,
suasana idul adha yang masih hangat membuat kami kesulitan mencari makanan
hingga kami berlabuh di sebuah kios nasi uduk sebagai menu makan malam itu.
Kekeluargaan dan kesatuan keluarga kembali aku lihat malam itu, tak ada yang
lebih indah daripada kebersamaan, kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan dan
kepedulian. Semoga kami tetap bersatu menjadi suatu keluarga kerja sama yang
solid.
Hidup
terkadang memiliki banyak keanehan dan perbedaan. Tak ada yang bisa mengingkari
itu, saling menghargai dan memahami akan membuat suatu perbedaan menjadi indah.
Keluhan kehidupan selalu menghiasi, namun kerendahan hati sangat di butuhkan
untuk menghadapinya. Anak muda memang memiliki emosi yang sulit di kendalikan,
namun bukan berarti tak bisa. Hanya butuh pemikiran yang tenang dan di susul
hati yang bersih. Semua orang mendambakan itu, ingin handal dalam mengendalikan
emosi dan hawa nafsu. Kemungkinan pasti ada dan selalu ada, hanya usaha yang
mampu kita perbuat tuk menghiasi kekalutan hidup yang akan kita jalani. Ketika
ada kemauan untuk berubah, pasti ada jalan yang mengikuti. Namun kita tidak
harus menunggu perubahan tersebut melainkan langsung bertindak untuk merubahnya
sekarang juga hinggakita mencapai indah pada waktunya dengan puluhan senyum
penuh cinta dan kedamaian di setiap kepingan hati kita
***.
udah itu aja ceritaku,,, apa ceritamu?
wassalam.... mohon maaf lahir dan bathin... :)
wassalam.... mohon maaf lahir dan bathin... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar