Minggu, 24 Mei 2015

AKU DAN KHALAYAN SEMUKU




Alunan lagu cinta kuputar di laptop kesayanganku. Menerawang fikiran ke alam khayal. Alam yang sulit di gapai. Fikiranku melaju menuju rasa yang tak bertuan ini. Perasaan yang sudah lebih satu tahun bersemayam di jiwa yang lara ini. Kehidupan terasa sangat berat akhir-akhir ini. Entah apa dan mengapa kegelisahan menghantui hari-hariku. Perasaan tak memiliki juga turut membayangi, rasa tak memiliki apapapun dan siapapun. Semua terasa berbeda, beberapa diantara mereka yang dulu mendukung perasaanku akhir-akhir ini seperti mulai tak peduli, makin pupus sudah harapanku. Lalu mampukah aku membuang jauh perasaan yang tak berbalas ini.

Ku ambil pena di saku kecil tasku, ku ukir namanya dan namaku pada selembar kertas putih, terasa tak pantas tulisan itu di tulis. Seorang gadis miskin yang tak pantas bersanding dengannya. Hanya bagaikan penghalang di jalan yang lurus, bagaikan noda di kertas putih, benar-benar tak memberi keindahan. Lalu mengapa aku seperti ini, berharap sesuatu yang tak mampu ku raih.


Akankah itu hanya ketakutanku saja, takut jika dia tak pantas untukku, takut jika dia tak menginginkanku, takut dan jika aku tak mampu membahagiakannya. Membahagiakannya??? Mengapa satu kata itu yang selalu muncul ketika fikiranku berlabuh tentangnya. Bagaimana dengan kebahagiaanku? Apakah aku tidak memikirkannya. Terkadang cinta itu memang tidak adil, tak mampu membedakan hitam dan putih. Tak ingin aku larut dalam khalayan yang tak bertepi itu.

Mataku tertuju pada sebuah situs beasiswa yang ada di laptopku. Ke jepang,, sungguh menarik. Mampukah aku mnginjakkan kaki di negara sakura itu, mampukah aku menggali ilmu yang menggunung. Menjadi bekal kehidupan di masa mendatang. Ingin aku keluar dari negara tercinta ini untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya dan kembali dalam pengabdian yang setulus-tulusnya. Namun akankah gadis miskin ini bisa mewujudkan mimpi itu. Air mataku jatuh di pipi ini, tidak terasa. Ku hapus sembari beristigfar dalam hati yang mulai gaduh ini. 

Langkah kaki bergerak menuju tempat tidurku, ku rebahkan tubuh ini untuk melepas lelah, lelah hati, lelah fisik dan lelah fikir. Tak butuh waktu lama Khayalan lain datang menggantikan, akankah aku mampu menggapai satu kebahagian untuk keluargaku. Mengapa aku merasa tak memiliki waktu lagi, rasanya tak ingin aku habiskan waktu ini tanpa keluargaku. Takut jika aku harus pergi jauh dan tak kembali. Takut jika aku harus menjalani masa sulitku tanpa mereka. Melihat keluargaku dalam tawa lepas dan senyum bahagia memang keinginanku, ingin melihat adik-adikku sekolah dengan peralatan lengkap tak seperti aku dulu. Ingin melihat ayah dan ibuku bahagia tanpa beban. Ku tengadah tangan kecil ini, berharap dengan penuh ridho kepada-Nya. Meminta kekuatan untuk bertahan dan memiliki waktu untuk membahagiakan mereka. Memohon agar mampu mengukir kebahagiaan yang nyata bagi keluargaku tercinta.

Kututup doa itu dengan doa tidur, ku matikan lampu kamar dan ku pejamkan mata. Semoga Allah senantiasa melindungiku. Begitulah aku dan hayalan semuku.

2 komentar: