Sabtu, 30 Mei 2015

“BERBEDA” (oleh Nori Susanti)

Ku atur nafasku yang terasa semakin sesak, terasa sangat menghujam jantungku, menusuk hingga mengaktifkan semua luka ekonomi yang telah lama bersemayan dan seolah-olah enggan beranjak pergi. Sekejam itukah dunia yang sesungguhnya. Sungguh aku tak bermaksud untuk mempermainkan apapun dan siapapun. Hanya dengan landasan sebagai keluarga dan merasakan kesedihan yang sama aku mengiyakan tawaran untuk membalas percakapan di GRUP line itu. Entah tersinggung atau bagaimana aku merasa berada pada satu dunia yang tak pernah menerima aku hadir di lingkungan seperti ini. Andaikan mereka tau sakit yang aku alami aku juga tidak ingin ada pada posisi ini. Meminjam barang orang lain yang tak mampu aku beli. Memakai barang orang lain yang tak pantas aku miliki. Namun berkat ketidakpunyaan dan ketidakberdayaan inilah yang membuat aku melalukan itu hingga merasa semakin tak berarti. Sungguh gadis yang malang. :’(  

Minggu, 24 Mei 2015

AKU DAN KHALAYAN SEMUKU




Alunan lagu cinta kuputar di laptop kesayanganku. Menerawang fikiran ke alam khayal. Alam yang sulit di gapai. Fikiranku melaju menuju rasa yang tak bertuan ini. Perasaan yang sudah lebih satu tahun bersemayam di jiwa yang lara ini. Kehidupan terasa sangat berat akhir-akhir ini. Entah apa dan mengapa kegelisahan menghantui hari-hariku. Perasaan tak memiliki juga turut membayangi, rasa tak memiliki apapapun dan siapapun. Semua terasa berbeda, beberapa diantara mereka yang dulu mendukung perasaanku akhir-akhir ini seperti mulai tak peduli, makin pupus sudah harapanku. Lalu mampukah aku membuang jauh perasaan yang tak berbalas ini.

Ku ambil pena di saku kecil tasku, ku ukir namanya dan namaku pada selembar kertas putih, terasa tak pantas tulisan itu di tulis. Seorang gadis miskin yang tak pantas bersanding dengannya. Hanya bagaikan penghalang di jalan yang lurus, bagaikan noda di kertas putih, benar-benar tak memberi keindahan. Lalu mengapa aku seperti ini, berharap sesuatu yang tak mampu ku raih.